Kamis, 16 Februari 2023

NEGERI PARA BEDEBAH



[REVIEW]
Judul : Negeri Para Bedebah 
Penulis : Tere Liye
Genre : Fiksi
Tebal : 440 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Ke-15 April 2018
ISBN: ISBN 978-979-228-552-9
.
Tokoh utama novel ini bernama Thomas. Konsultan keuangan berkenal, bertubuh atletis, mapan, tampa,  dan punya sekretaris perempuan. Tapi ini bukan novel romantis, yang mengisahkan percintaan bos dan sekretarisnya. 
.
Mungkin ada pembaca yang sekadar fokus pada kisah Thomas, menikmati adegan-adegan aksinya, dan jatuh cinta pada tokoh tersebut. Sebagian pembaca juga ada yang merasa novel ini berat. Karena memang pembahasan novel ini tidak biasa. Dalam novel ini Tere menggambarkan realitas kapitalisme. Seperti apa sistem kerja ekonomi kapitalis dan daya rusaknya. Hal itu bisa kita lihat pada beberapa kutipan berikut.
.
"Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi perpanjangan tangan, tidak takut dengan apapun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka." (hal.18)
"Aku tidak peduli kemiskinan, peduli setan, karena daya rusaknya itu-itu saja, busung lapar, kurang gizi. Tetapi kekayaan, daya rusaknya mengerikan. Bahkan uang yang berlimpah itu membuat orang tidak peduli wabah, kelaparan, perusakan alam, dan tragedi kemanusiaan lainnya." (hal.23)
.
Semua partai butuh uang. Siapa yang menyumbang? Anggota partai? Mereka tidak akan pernah bersedia menyumbang jika tidak mendapatkan sesuatu. Kekuasaan, misalnya. Posisi, akses, jaringan, atau perlindungan. Termasuk individu atau perusahaan yang bukan anggota, mereka yang sekedar partisipan partai tetapi ikut mendukung mereka menuntut sesuatu.Tudak ada makan siang gratis di dunia ini". (hal.382)
.
Pada sampul belakang novel ini tertulis
 "Di Negeri Para Bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah"
Kutipan pendek ini bisa mewakili uraian panjang Prof. H.A. Djazuli dalam "Fiqh Siyasah" yang menyatakan bahwa sistem kapitalisme bertitik tolak dari materialisme yang menjadikan manusia serigala-serigala (homo homini Lupus = manusia serigala atas manusia yang lain). Dalam sistem kapitalisme, individu diberikan fungsi yang terlalu besar yang cenderung untuk menyalahgunakan kebebasannya sehingga yang kuat dan pintar memeras yang lemah dan miskin, akibatnya adalah adanya kemakmuran tinggi pada segolongan kecil masyarakat dan kemiskinan pada golongan besar sebagai akibat dari  d’exploitation de l’homme par l’homme.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;