Genre: Fiksi, Action
Penulis: Tere Liye
Bahasa: Indonesia
Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara
Cetakan ke-3 : April 2022
Jumlah Halaman: 415 hlm; 20 cm
ISBN: 9786239726218
Novel ini dipenuhi dengan adegan aksi Thomas dan Bujang dkk. Episode 1 berisi pertarungan Thomas dan Bujang. Episode 2 hingga akhir novel, dipenuhi dengan adegan baku tembak dan kejar-kejaran dengan kelompok Teratai Emas. Namun, entah mengapa adegan aksi Thomas terasa kurang gereget dibandingkan dengan aksinya dalam dua novel sebelumnya -Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk-.
Di episode 6 penulis menyuguhkan cerita tentang jalur sutra. Ini bagian yang aku suka karena informatif.
"Kalian pernah mendengar istilah jalur sutra?
Jalur sutra adalah rute jalan darat yang menghubungkan antara timur dan barat. Asia dan Eropa. Terbentang panjang mulai dari sisi Timur Cina hingga kota-kota penting Eropa juga tiba di Mesir (Afrika). Rute itu melintasi tempat-tempat penting, berbagai pusat peradaban besar di masanya. Di era itu, jalur itu bukanlah jalanan aspal, apalagi tol. Nyaris seluruhnya adalah jalanan setapak, berlapiskan tanah atau kerikil. Di musim dingin, kiri-kanan menumpuk salju. Di musim panas, pepohonan menghijau. Di musim gugur, dedaunan kering beterbangan. Melintasi lembah, menembus celah pegunungan, meniti danau, sungai, tak terbilang jumlahnya.
Kenapa disebut jalur sutra?
Karena era itu, tahun 200 sebelum Masehi, bangsa Cina menemukan teknik yang lebih efektif memproduksi sutra. Itu menjadi kabar hebat bagi seluruh dunia, terutama untuk para bangsawan, keluarga kaya, mereka bisa mengenakan pakaian dengan bahan lebih baik, lebih mewah, dan berkelas. Bukan kain anyaman kasar, kaku, dan berat. Maka dimulailah perdagangan sutra. Kain-kain mahal itu dibawa oleh pedagang dari China, menuju Eropa. Dan tidak hanya sutra, saat koneksi kota-kota terbentuk, pedagang juga membawa barang-barang lain, seperti rempah-rempah, keramik, hasil bumi, dan sebagainya.
Sekali pedagang memulai melintasi jalan darat tersebut, itu berarti perjalanan berbulan-bulan. Panjang rute itu tidak kurang dari 6500 km. Jika sehari manusia hanya bisa berjalan 50-60 KM, maka hitung sendiri berapa waktu yang dibutuhkan. Mereka menggunakan kuda, unta, keledai, dan hewan lainnya. Membawa barang-barang, sekaligus tenda, peralatan makan, dibantu kuli dan budak, serta tentu saja, mereka membawa senjata untuk melindungi rombongan. Tidak ada yang bisa menjamin perjalanan akan aman-aman saja. Tidak hanya serangan dari bandit, penjahat, tapi juga ancaman dari peperangan perebutan kekuasaan.
Selama 1700 tahun jalur sutra mengalami evolusi beberapa kali, mengalami maju mundur kerajaan besar. Rute itu pernah dikuasai oleh kerajaan Romawi juga kekaisaran Bizantium disusul kekaisaran Dinasti Tang juga kekuasaan khalifah Islam, lantas bangsa nomaden Imperium Mongolia yang terbentang luas, hingga akhirnya mulai kehilangan pamornya di abad ke-15, setelah jalur itu terpecah belah oleh terbentuknya negara-negara kecil, penguasa baru, serta pilihan transportasi lain yang lebih menarik.
Hari ini, kalian mungkin tidak tahu betapa megahnya jalur sutra. Hari ini orang-orang bepergian serta membawa kargo dengan pesawat, kapal, dan muda transportasi lebih modern. Tapi apapun itu, tidak ada yang bisa menghapus sejarah jalur sutra. Selama 1700 tahun jalur itu menjadi rute paling penting perekonomian seluruh dunia. Bahkan hari ini, beberapa negara berusaha mengembalikan kejayaan rute itu, sebagai alat sekaligus simbol menguasai perekonomian dunia."
(Hal. 93-95 episode 6, Jalur sutra)
Selain itu, juga ada kalimat yang aku suka pada halaman 64 dan 92.
.
"Kepedulian adalah kunci membuka banyak penjelasan" (hal.64)
.
"Sungguh, jika kita tahu betapa spesialnya saling berbagi atau membantu orang lain, kita bahkan tidak akan membiarkan sepotong roti kecil hanya dihabiskan untuk sendiri tanpa membaginya ke orang lain" (hal.92).
.
Walau agak tak sesuai dengan ekspektasi, aku tetap membacanya hingga tuntas. Namun tak memasukannya dalam daftar rekomendasiku.